Hari itu sedang pelajaran Kimia.
Sang Guru bertanya, "1+1 berapa?"
Murid-murid bergantian menjawab.
Aku : 2
Nisa : Jendela
Idoz : 21
dll....
"Salah!" kata guruku.
"Hmmm... kalo 21... jarang tuh! Kalo saya sih bisa 3, bisa 4.."
"Lho? Kok gitu, Pak?" tanya Sakti.
"Kan yang ditanya 1+1 berapa... Bukan 1+1 = berapa... Inget ya semuanya, jangan terjebak. Ini bahasa matematika," jawab guruku dengan tampang sok serius padahal sebenernya nahan kentut.
"Yaaaaaaa," sahut murid-murid sekelas.
"Yaiyalaaah... Kan kalo satu tambah satu bisa aja saya sama istri saya, trus punya anak 3, punya anak 4, punya anak 5," jawab guruku dengan tampang tak berdosa kayak kambing kurban.
"Yak! Sekarang 2x2 = apa," tanya guruku lagi.
"Ya apaaaa!" jawab murid-muridnya serempak.
"Lho? Kok apa?" Si Guru kebingungan.
"Ya apaaa!" sahut murid-muridnya lagi sambil dibarengi dengan ketawa cekikikan kayak anak kunti belum dikasi kancut.
"Kok bisa apa?" Si Guru semakin gencar memperlihatkan kebingungannya (padahal sebenernya cuma buat nutupin kalo sebenernya dia udah berhasil kentut.)
"Kan tadi Bapak bikin pernyataan...bukan pertanyaan," jawab Idoz.
"Iya," sahutnya dengan muka panik kayak orang nyari WC pas lagi diare.
"Ya berarti jawabannya APA dong, Pak!" kata Idoz lagi.
"Iya, jawabannya apa?" Si Guru udah mulai merasakan perutnya mules. (Bukan karena ngeliat muka Idoz! Tapi emang dari tadi pagi beliau udah mencr*t-m*ncret!)
(suasana kelas mulai gaduh)
Yang ada di pikiranku saat itu hanya :
Kukira kelas macam gini cuma ada di Extravaganza atau Tawa Sutra atau semacamnya.
Eh, gak taunya ada juga kelas kayak gini di dunia nyata!
Kelas akselerasi yang konon diisi oleh siswa-siswa "berbakat nan luar biasa" pula!
Yaaaa...
Kalo kayak gini aku g akan menyalahkan pemerintah lagi karena telah menggabungkan Departemen Akselerasi dan Sekolah Luar Biasa di Departemen Pendidikan.
Wong cocok !!
0 comments:
Post a Comment